Sejarah standar emas dan Bretton woods Agreement

Standar emas merupakan nama dimana biasanya emas dan perak dipergunakan menjadi mata uang di negara tersebut. Hal ini juga berlaku di negara-negara barat  di sekitar abad ke 18 dan juga abad ke 19. Sebagai contoh adalah di Inggris. Bagaimana sebenarnya standar emas bekerja dalam perekonomian sehingga dikatakan sebagai standar yang paling baik untuk perekonomian? Berikut di bawah adalah penjelasannya

Seperti diketahui bahwa di dalam setiap buku buku teks ilmiah yang membahas tentang sejarah mata uang di dunia ini dikatakan bahwa bentuk mata uang pada dasarnya harus memiliki ciri yang spesifik. Uang harus berasal dari bahan yang tahan lama. Hal itulah yang menegaskan mengapa bahan makanan, seperti kentang dan wortel tidak bisa dipergunakan sebagai bahan mata uang karena bisa busuk. Uang juga harus bisa dibawa ke mana saja. Karena itulah maka batu tidak bisa dipergunakan sebagai uang karena bentuknya berat dan tidakj bisa dimasukkan ke dalam kantung kita. Uang juga harus homogen. Hal ini menjelaskan mengapa hewan tidak bisa berfungsi sebagai uang. Contohnya sapi dan kambing. Ada perbedaan kualitas antara sapi dan kambing antara yang satu dan yang lainnya. Yang paling penting uang harus memiliki sifat langka dimana jika uang tersebut akan dipergunakan sebagai satu sarana nilai pertukaran dalam transaksi sehari-hari kita. Uang tidak mungkin tumbuh dari tumbuhan atau binatang sehingga tidak bisa dipergunakan sebagai uang.

Berkaitan dengan standar emas ini, Sebagian para ahli telah menyatakan bahwa jumlah uang negara yang beredar secara sepenuhnya didukung oleh simpanan emas yang disimpan di dalam tempat penyimpanan emas yang dimiliki oleh negara. Berbagai unit uang kertas yang dikeluarkan pada dasarnya akan bisa diubah atas permintaan untuk menjadi emas pada satu tingkat harga tertentu. Dan juga sebaliknya emas akan bisa diubah menjadi uang kertas di dalam tingkat harga yang sama. Berdasarkan hal tersebut maka dalam  mata uang pemerintah yang berkaitan dengan kestabilan ekonomi  hal itu harus dibuat guna melakukan penukaran emas dengan uang kertas. Begitu juga bila sebaliknya yang terjadi. Hal ini terjadi karena adanya satu jaminan bahwa negara tidak akan bisa berbuat curang karena adanya kewajibannya untuk melakukan simpanan enas secara penuh terhadap uang kertas yang dikeluarkan. Jumlah uang yang berdar di dalam negara tersebut hanya bisa bertambah jika negara mendapatkan tambahan emas dari pihak luar dan juga mengeluarkan uang kertas sebagai sarana timbangannya. Jumlah uang beredar bisa mengalami pengurangan apabila setiap pihak melaksanakan hak mereka untuk menuntut penggantian uang kertas dengan emas.

Apakah konsep tersebut tidak mendapatkan kritikan ? Jelas ada pihak yang mengkritiknya. Para prngkritik kesetaraan standar emas yang dimiliki dengan jumlah uang yang beredar menunjukkan bahwa pada system tersebut jumlah dari uang kertas yang beredar pada dasarnya akan ditentukan sepenuhnya oleh jumlah emas yang disediakan oleh negara. Kemudian bila negara memiliki keterbatasan maka perlu disiapkan juga oleh pihak swasta yang akan menyimpannnya di dalam tempat penyimpanan emas yang dimiliki oleh negara. Para pengkritik system ini kemudian menanyakan apa yang akan terjadi ketika terdapat situasi adanya temuan emas yang baru dalam jumlah yang besar untuk kemudian diberikan kepada negara untuk kemudian diubah menjadi uang negara ?

Paa pengkritik juga menyatakan bahwa apa yang akan terjadi pada negara bila jumlah emas yang ada tidak sesuai dengan jumlah yang diinginkan dan diperlukan untuk mempertahankan kondii ekonomi, stabilitas harga dan juga stabilitas ekonomi? Berkaitan dengan hal ini, salah seorang ahli keuangan Islam dari Inggris, Tarek El Diwany membuat satu Analisa yang menarik. Yang pertama adalah berapa perkiran pertambahan jumlah emas secara global di dunia ini? Berdasarkan perkiraan yang dihitung olehnya dikatakan bahwa rata-rata pertumbuhan emas secara global hanya sekitar 2% per tahun. Jelas ini di bawah nilai pertumbuhan uang yang beredar atau dikenal dengan fractional reserve banking. Sangat jarang ada pihak yang langsung menemukan emas dalam jumlah yang berlimpah. Dan menjadi satu pertanyaan apakah layak untuk melakukan penambangan emas bila jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk melakukan penambangan emas tersebut justru lebih besar dari nilai emas yang diproduksi. Para pengkritik juga menyatakan bahwa apa yang akan terjadi pada perekonomian bila kita tidak menemukan cadangan emas yang baru sementara kegiatan ekonomi terus berkembang dan tidak berhenti, akan mengakibatkan terjadinya penurunan harga dan juga bisa mengakibatkan adanya resesi yang panjang di satu negara. Dan terdapat pula kritik yang paling akhir berkaitan dengan standar emas adalah apabila satu negara melakukan jaminan untuk dapat menukarkan emas dan uang kertas pada tingkat yang ditentukan, maka jaminan yang diberikan belum cukup untuk meyakinkan orang untuk memakai uang yang diterbitkan di negara tersebut. Padahal uangnya sudah dijamin dengan standar emas yang ada di negara tersebut. Meskipun begitu,andaikan standar emas secara global diberlakukan maka akan terjadi perubahan dalam pasar mata uang di dunia internasional. Satu ton koin emas yang ada di Amerika Serikat tidak akan berbeda dengan koin emas yang adai di Jerman, Jepang, Prancis. Dampak positifnya lagi adalah tidak akan ada lagi biaya transaksi yang perlu dikeluarkan untuk meredam selisih kurs. Dan dampak positifnya lagi adalah spekulasi mata uang tidak akan lagi dilakukan. Kita akan terhindar dari ketidakpastian perekonomian secara global. Dengan berlakunya standar emas maka tidak aka nada lagi devaluasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan keunggulan mata uangnya di hadapan partner dagangnya. Maka pertanyaannya adalah, dengan adanya dampak positif seperti itu, mengapa kini tidak bisa berlaku ? Di bawah ini adalah sejarah singkatnya.

Konsep Bretton Woods dan runtuhnya Bretton Woods Agreement

Konsep Bretton Woods. Mungkin sekarang tidak banyak orang yang pernah mendengar tentang konsep tersebut. Padahal boleh dibilang niatan awal dari konsep ini adalah cukup  baik. Yaitu berusaha untuk menciptakan kestabilan nilai mata uang. Konsep ini berusaha menjawab para penkritik system emas dan mendukung penciptaan uang bahwa konsep fractional reserve banking merupakan konsep yang terbaik. Para pendukung dari fractional reserve banking menyatakan bahwa pada dasarnya peredaran uang akan sama dengan uang yang diciptakan melalui konsep pinjaman yang berbunga. Hal ini menuntut bahwa harus ada sejumlah hutang yang sama dengan jumlah peredaran uang yang dilakukan oleh bank. Hal itu membuat terjadi sesuatu hal yang mungkin dianggap biasa sekarang ini. Yaitu bertambahnya hutang akan terus terjadi seiring dengan bertambahnya juga peredaran uang yang dilakukan oleh pihak perbankan. Hal ini membuat tipisnya harapan kalua ada kalangan Masyarakat yang tidak ingin melihat hutang terus menerus mengalami pertambahan. Untuk mencegah terjadinya ketidakstabilan dalam dunia keuangan internasional maka dikeluarkan perjanjian Bretton Woods

Perhjanjian ini dikeluarkan dalam tahun 1944 di New Hampsire, Amerika Serikat ini dibuat  dengan tujuan untuk menciptakan stabilitas tatanan moneter di dunia internasional melalui kestabilan dari nilai tukar dari mata uang penting yang ada di dunia. Untuk mencapai hal ini maka Amerika Serikat selaku pihak yang menginisisai perjanjian ini menetapkan patokan pada harga emas sebelum terjadinya perang dunia ke dua, yaitu sekitar 35 $ per ons emas. Harga ini berdasarkan Gold Reserve Act yang keluar pada tahun 1934. Dengan adanya kesepakatan nilai Dollar dan mata uang yang terkait, maka dapat dikatakan emas bertindak sebagai jangkar yang berguna untuk menguatkan uang beredar yang ada secara internasional. Berdasarkan teori ini maka Amerika Serikat terus mempertahankan cadangan emas secara penuh terhadap Dollar yang dikeluarkannya dan juga selama negara lain tidak melakkukan intervensi dalam rangka membuat nilai Dollar tetap stabil, maka tidak akan terjadi ketidakstabilan nilai mata uang dan system keuangan akan tetap stabil.

Berdasarkan konsep Bretton Woods ini kemudian didirikan Bank Dunia atau World Bank ( nama aslinya adalah International bank For Reconstruction and Development ) serta juga Lembaga Dana Moneter Internasional atau IMF. Tujuan utama dari pendirian Bank Dunia adalah untuk memberikan bantuan dana bagi negara yang sedang berkembang dengan bunga yang mendapatkan subsidi. Meskipun begitu terdapat celah untuk membuat ketidakstabilan nilai tukar berdasarkan konsep Bretton Woods ini terjadi melalui masuknya paham Keynes yang menyatakan bahwa setiap negara memiliki kebebasan untuk mengubah kebijakan moneter dan fiscal mereka sesuai dengan kebutuhan mereka

Manipulasi Terhadap Perjanjian Bretton Woods

Manipulasi terhadap perjanjian Bretton Woods mulai terlihat dengan adanya deficit dalam anggaran pemerintah Amerika Serikat. Pada masa pemerintahan John F Kennedy dan diikuti dengan masa Jonhnson terjadi peningkatan deficit secara besar-besaran yang dipergunakan untuk pembiayaan dari perang Vietnam. Hal itu membuat pada pertengahan tahun 1960an Amerika Serikat memutuskan untuk melakukan ekspansi peredaran uang secara besar-besaran, meski tidak sampai pada taraf mengurangi  kepercayaan terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat. Masalah akan implementasi konsep Bretton Woods ini mulai terlihat pada 1968 ketika terjadi adanya pasar emas dua lapis yang diciptakan serta adanya harga Dollar emas yang resmi dan tersedia bagi berbagai bank sentral. Sementara di sisi lain harga pasar bebas diberikan bagi operator swasta. Hal tersebut merupakan reaksi terhadap ekspektasi Tindakan devaluasi Dollar terhadap emas yang akan mengakibatkan harga pasar swasta terhadap emas akan naik di atas 35 $ per ons emas.

Dalam rangka mencegah tekanan yang besar terhadap US$ sebagai mata uang cadangan di dalam perjanjian Bretton Woods maka pada tahun 1967 melalui pertemuan yang dilaksanakan oleh Dewan Moneter Internasional dibuat Special Drawing Right, yang pada awalnya dinyatakan sebagai emas akan tetapi kemudian berubah menjadi mata uang Bersama. SDR dipergunakan sejak tahun 1970 untuk melakukan transaksi yang dilakukan antara bank sentral. Tindakan ini terjadi karena adanya inflasi akan peredaran mata uang Amerika Serikat yang sudah terjadi selama beberapa tahun. Meskipun begitu SDR tidak pernah bersaing dengan Dollar Amerika Serikat karena SDR pada dasarnya merupakan mata uang cadangan yang dipergunakan di kalangam terbatas. Yaitu hanya di kalangan bank sentral saja.

Pada akhirnya memamg konsep Bretton Woods yang berusaha untuk menstabilkan keuangan internasional tidak bisa bertahan. Terutama dengan naiknya Richard Nixon pada tahun 1968 sebagai Presiden Amerika Serikat. Presiden Nixon memiliki keinginan untuk melakukan stimulasi bagi perekonomian domestic Amerika Serikat yang tertekan karena perang Vietnam. Dia melakukan tekanan kepada bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve untuk memambah jumlah uang beredar di negara tersebut. Hal ini membuat US$ menjadi berkurang daya tariknya di mata para investor asing. Hal ini membuat US$ semakin banyak yang ditukar di pasar dengan banyak mata uang Eropa yang kini melakukan penawaran bunga yang lebih tinggi secara signifikan. Dengan semakin besarnya impor yang dilakukan oleh Amerika Serikat maka US$ semakin banyak dipegang oleh kalangan asing di sana. Berdasarkan konsep Bretton Woods berbagai bank asing ini sepakat untuk melakukan pembelian jumlah Dollar yang berlebih dengan tujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sudah ada sebelumnya.

Berdasarkan konsep dari Brtton Woods maka akan dimungkinkan untuk melakukan penukaran atas US$ yang daoat dilakukan di Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat. Meskipun begitu timbul masalah karena cadangan emas yang dimiliki oleh Amerika Serikat nilainya jauh di bawah dari Dollar AS yang dimiliki oleh berbagai bank sentral asing tersebut. Hal ini disadari oleh berbagai bank sentral asing tersebut sehingga mereka memutuskan untuk menahan Dollar Amerika Serikat yang mereka miliki, dan akhirnya menyebabkan terjadinya pasar baru dalam Dollar Amerika Serikat, yaitu EuroDollar. Hingga Januari 1971 jumlah Dollar Amerika Serikat yang dipegang oleh berbagai bank sentral asing tersebut telah mencapai dua puluh milyar Dollar. Hal ini mulai menimbulkan pertanyaan di kalangan public apakah Amerika Serikat memiliki kemampuan yang cukup untuk menukarkan jumlah ini dengan emas yang mereka miliki. Dalam bulan Mei 1971 kepemilikan berbagai bank sentral asing tersebut terhadap US$ telah mencapai hampir 32 milyar US$ dimana terjadi peningkatan eksport atas US$ yang besar ke dalam berbagai pasar valuta asing. Akhirnya pada Agustus 1971 konsep Bretton Woods akhirnya runtuh seiring dengan keputusan Nixon yang menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak lagi mengizinkan adanya konversi dari US$ dengan emas bagi berbagai bank sentral asing. Keputusan ini dilanjutkan dengan usahanya untuk menyebunyikan berbagai hasil yang bersifat inflasi dari berbagai ekspansi moneter melalui kebijakan pengendalian upah dan juga pengendalian harga. Berdasarkan konsep perjanjian Smithsonian dikatakan bahwa terdapat batas fluktuasi nilai mata uang dengan kisaran 2,25% di antara berbagai mata uang yang utama. Harga emas juga berdasarkan perjanjian ini ditetapkan sebesar 38$ per ons emas. Berdasarkan keputusan Nixon yang secara efektif membuyarkan konsep Bretton Woods maka Amerika Serikat menegaskan bahwa negara tersebut tidak akan terikat dengan konsep harga ini yang membuat hubungan dengan nilai emas sudah tidak berguna.

Mulailah yang kemudian dikenal dengan era nilai tukar mengambang, yang beresiko penuh dengan ketidakstabilan. Hal ini mengakibatkan ketika ada mata uang yang mengalami revaluasi terhadap Dollar Amerika Serikat maka pihak investor terus berlomba untuk melakukan penjualan kepemilikan akan US$ dengan menggunakan nilai tukar tetap yang juga ditawarkan pada mata uang yang tersisa yang masih ada dalam system tersebut. Meskipun begitu, pada akhirnya pada 12 maret 1973 berdasarkan Perjanjian Brussel maka semua kaitan nilai terhadp mata uang US$ diputuskan untuk ditinggalkan. Hal ini membuat mata uang yang utama tidak lagi memiliki patokan pada suatu cadangan intrinsiik yang riil. Berdasarkan konsep Keynesian dikatakan bahwa dengan system yang baru ini akan membuat pemerintah di suatu negara bisa melakukan penyesuaian akan kebijakan moneter dan fiscal mereka dengan keunggulan perekonomian yang mereka miliki. Secara teori memang bagus, akan tetapi ada dampak lain yang terjadi. Dampak apakah itu ?

Pada tahun 1970an jumlah uang beredar di Amerika Serikat terus mengalami pertambahan. Hal ini berdampak pada meningkatnya harga emas menjadi sekitar $ 450 per ons emas. Di tahun 1979, ketua Federal Reserve Amerika Serikat menyatakan bahwa hal yang menjadi inti kebijakan baru bank sentral Amerika Serikat dalam melakukan pengendalian uang beredar di negara tersebut ke arah pencegahan inflasi. Suku bunga akan sangat disesuaikan dengan keinginan dari pasar dengan asumsi bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan bisa membuat inflasi bisa menjadi lebih terkendali. Hal ini juga bisa berdampak lain, yaitu munculnya kegiatan spekulasi di dalam dunia keuangan yang modern. Para spekulan akan berusaha untuk menunggangi puncak gelombang yang terjadi dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dimana mereka berharap bisa mengambil keuntungan dari praktik spekulasi yang mereka lakukan sebelum mata uang mengalami devaluasi. Hal ini membuat transaksi mata uang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan perekonomian riil yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini juga diperparah dengan sikap para pelaku kebijakan yang membuat kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan nilai mata uang mereka dengan terus menerus mengubah kebijakan moneter tanpa mengetahui fungsi dari kebijakan tersebut, dan apa dampaknya bagi masyarakat. Terutama para pengusaha yang bergerak di sector riil.

Pada akhirnya, sebenarnya apa manfaat dari penciptaan standar emas tersebut ? dan mengapa sebenarnya standar emas perlu didukung ? Karena dengan adanya standar enas maka akan membantu untuk mencegah terjadinya penciptaan uang yang bersifat sembarangan. Rasio cadangan 100 persen bagi berbagai bank komersial dan juga Lembaga-lembaga yang menerima deposito akan berdampak yang sama terhadap adanya penciptaan uang yang dilakukan oleh pihak swasta. Akan tetapi dengan tidak adanya lagi standar emas dalam system keuangan internasional maka membuat system keuangan menjadi sangat rentan dengan spekulasi seperti yang terjadi selama ini.

Referensi :

Image Sources: Google Images