Menurut Crotty (1998) interpretivis adalah sebuah pendekatan untuk menginterpretasi mengenai kejadian nyata menggunakan perspektif budaya dan sejarah. Dengan menggunakan pendekatan itu, peneliti akuntansi dapat memperoleh beberapa wawasan tentang sistem akuntansi yang tidak diperoleh dari pendekatan tradisional. Dengan kata lain, pendekatan interpretivis memberikan perspektif baru bagi para peneliti akuntansi untuk melihat objek penelitiannya. Terdapat beberapa keuntungan dari adanya pendekatan interpretivis ini.

Pertama, pendekatan interpretivis dapat membantu akuntan untuk lebih memahami politik di balik sistem akuntansi saat ini. Chua (1986) mengindikasikan bahwa sistem akuntansi saat ini merupakan produk dominasi. Dengan menggunakan pendekatan interpretivis, peneliti dapat melihat asal-usul dari sistem akuntansi yang sekarang ini ada. Hal ini dapat dilakukan karena pendekatan interpretivis mendorong akuntan untuk memahami objek dengan melihat budaya dan latar belakang sejarah yang membentuk objek. Selain itu, peneliti dengan metode ini harus memperhitungkan pengaruh faktor-faktor tersebut dalam pandangan akuntan atau pembuat aturan yang membentuk sistem akuntansi. Terlebih lagi, pendekatan intepretivis, khususnya fenomenologi, mendorong peneliti untuk meletakkan pemahaman sistem akuntansi yang ada saat ini dan mencoba melihat akuntansi dengan perspektif baru.

Kedua, menurut Tregidga et al. (2012), pendekatan tradisional terlalu berfokus pada analisis isi atau konten. Meskipun hal itu bukan merupakan praktik yang salah, namun, pendekatan seperti itu dapat menyebabkan beberapa masalah. Seperti yang telah dicontohkan pada artikel sebelumnya, pada tahun 2014, salah satu perusahaan pertambangan di Australia mengumumkan bahwa keuntungan di pertengahan tahun mereka tiga kali lipat dari keuntungan mereka di periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jika kita melihat pada pengumuman tersebut saja, maka tentu saja hal itu akan menjadi sentimen positif untuk pasar saham. Namun, pasar bereaksi negatif terhadap informasi tersebut. Penyebab paling logis yang dapat digunakan adalah kondisi bahwa perusahaan di industri yang sama dengan perusahaan tersebut mencatat keuntungan yang lebih besar pada tahun yang sama. Hal tersebut memberikan bukti bahwa dibutuhkan pemahaman lingkungan dan konteks dalam memahami segala informasi. Pendekatan interpretivis dapat menutupi kelemahan pendekatan tradisional tersebut karena peneliti interpretivis akan senantiasa memperhatikan konteks dan lingkungan dari objek penelitiannya.

Ketiga, pendekatan interpretivis, khususnya hermeneustik, membantu akuntan untuk mengungkap niat tersembunyi. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan pendekatan tradisional ketika niat pembuat standar dipandang paling objektif. Dengan memanfaatkan keunggulan pendekatan interpretivis tersebut, akuntan dapat secara kritis melihat sistem akuntansi yang ada dan kemudian melakukan perbaikan pada sistem tersebut. Selain itu, intepretivis berfokus pada pendekatan idiografis. Pendekatan tersebut akan memungkinkan sistem akuntansi atau penelitian untuk berfokus pada penyelesaian masalah kasus per kasus.

REFERENSI:

  • Crotty, Michael. (1998).The Foundation of Social Research: Meaning and Perspective in the Research Process. St. Leonards, Australia: Allen & Unwin.
  • Chua, W.F. (1986). Radical Developments in Accounting Thought. Accounting Review, 61(4), 601.
  • Tregidga, H., Milne, M., & Lehman, G. (2012). Analyzing the quality, meaning, and accountability of organizational reporting and communication: directions for future research. Accounting Forum. 36(3), 223-230.

Image Sources: https://www.pexels.com/