Hambrick & Manson (1984) berpendapat bahwa perilaku perusahaan dipengaruhi oleh karakter dari eksekutif perusahaan tersebut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan dan kekuasaan eksekutif untuk dapat mengarahkan jalannya perusahaan serta adanya hak intervensi yang dimilikinya untuk memecahkan masalah. Dalam hal artikel ini, eksekutif yang dimaksud adalah CEO dari perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji hal tersebut. Sebagai contohnya, Ham et al. (2018) menemukan bahwa sifat narsisme CEO berpengaruh secara negatif terhadap performa perusahaan.  Galasso & Simcoe (2011) menemukan bahwa tingkat kepercayaan diri seorang CEO berpengaruh positif terhadap inovasi perusahaan. Penelitian-penelitan tersebut memberikan bukti bahwa terdapat hubungan antara karakter seorang CEO dengan perilaku perusahaan tempatnya bekerja.

Secara umum, karakter seorang CEO tentunya akan dipengaruhi oleh berbagai hal. Seperti Misalnya, lingkungan tempat mereka bertempat tinggal, lingkungan pendidikan, level pendidikan, pola asuh orang tua, dan lain sebagainya. Interaksi dari semua hal tersebut kemudian akan membentuk karakter dari seseorang, termasuk dalam hal ini adalah CEO. Refleksi dari karakter yang dimiliki oleh CEO tersebut dapat berupa gaya kepemimpinan, cara berkomunikasi dan bahkan hobi yang mereka pilih.

Beberapa penelitian telah mencoba meneliti mengenai hubungan antara hobi yang dimiliki oleh CEO dengan perilaku perusahaan. Salah satunya adalah tentang hobi CEO dalam menerbangkan pesawat. Zuckerman (1971) dan Zuckerman et al. (1978) berargumentasi bahwa hobi untuk menerbangkan pesawat merupakan refleksi dari karakter seorang pencari sensasi. Zuckerman (1994) mendefinisikan pencaria sensasi sebagai keadaan dimana seseorang bersedia untuk mengambil risiko yang lebih besar demi mendapatkan sensasi dan pengalaman yang bervariasi, baru, kompleks dan intens. Terkait hal itu, Feist (1998) menemukan bahwa keterbukaan terhadap pengalaman merupakan faktor terpenting dalam hal kreativitas dan inovasi.

Secara empiris, beberapa penelitian berhasil menemukan hubungan antara hobi dari seorang CEO, utamanya hobi menerbangkan pesawat, dengan perilaku perusahaan. Sebagai contohnya, Sunder et al. (2017) menemukan hubungan positif antara jumlah paten dan jumlah kutipan paten dan hobi CEO menerbangkan pesawat. Penelitian semacam ini tentu saja sangat menarik dan mampu membuka tabir atau pengetahuan dari perspektif yang baru. Oleh karena, itu, penelitian semacam ini harus dikembangkan. Peneliti-peneliti dapat menggunakan informasi mengenai hobi CEO kemudian mengkaitkannya dengan berbagai macam variabel, Misalnya terkait dengan kompetensinya mengelola perusahaan, asset, hutang, dan pasar saham. Hobi yang dapat diteliti pun dapat bermacam-macam, bergantung pada pertanyaan riset yang dimiliki peneliti. Misalnya saja jika peneliti ingin meneliti terkait pengaruh karakter kesabaran seorang CEO terhadap perilaku investasi perusahaan, maka hobi memancing dapat digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesabaran CEO.

REFERENSI:

  • Feist, G. J. (1998). A Meta-Analysis of Personality in Scientific and Artistic Creativity. Personality & Social Psychology Review (Lawrence Erlbaum Associates), 2(4), 290.
  • Galasso, A., & Simcoe, T. S. (2011). CEO Overconfidence and Innovation. Management Science, 57(8), 1469–1484.
  • Ham, C., Seybert, N., & Wang, S. (2018). Narcissism is a bad sign: CEO signature size, investment, and performance. Review of Accounting Studies, 23, 234–264.
  • Hambrick, D. C., & Mason, P. A. (1984). Upper echelons: The organization as a reflection of its top managers. Academy of Management Review, 9(2), 193–206.
  • Sunder, J., Sunder, S. V., & Zhang, J. (2017). Pilot CEOs and corporate innovation. Journal of Financial Economics, 123(1), 209–224.
  • Zuckerman, M. (1971). Dimensions of sensation seeking. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 36(1), 45–52.
  • Zuckerman, M. (1994). Behavioral Expressions and Biosocial Bases of Sensation Seeking. Cambridge University Press.
  • Zuckerman, M., Eysenck, S. B., & Eysenck, H. J. (1978). Sensation seeking in England and America: Cross-cultural, age, and sex comparisons. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 46(1), 139–149.

Image Sources: https://www.pexels.com/