Perusahaan bisnis dalam melaksanakan seluruh kegiatan operasional dan produktivitasnya memperlukan landasan yang kuat agar mampu menyatukan seluruh sumber daya manusia yang memiliki latar belakang berbeda agar memiliki tujuan yang sama tanpa menghambat alur kinerja karyawan lainnya. Dalam membangun kebudayaan dalam perusahaan serta kode etik yang diterapkan, membutuhkan dasar agar seluruh aktivitas dapat berjalan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan, dimana dasar yang menjadi landasan tersebut adalah strategi.

Strategi perencanaan menggambarkan bagaimana kesiapan perusahaan dalam meningkatkan performa di masa mendatang yang menawarkan win-win solution kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar tidak merasa ada yang dirugikan. Maka, pemimpin dalam menyusun strategi diperlukan pengetahuan, analisis, komunikasi, hingga pertimbangan yang matang agar segera dapat mengambil keputusan secara jangka panjang ataupun jangka pendek.

Mckinsey Global Institute oleh Smet et al., (2021) telah melakukan penelitian yang mengarahkan kepada bagaimana perusahaan memiliki performa yang lebih kuat untuk bertahan, menyelesaikan pekerjaan secara fleksibel, cepat, dan terarah sesuai dengan tujuan untuk mengembangkan nilai kepercayaan kepada pemangku kepentingan, dimana terdapat sembilan karakteristik, yang terdiri dari:

  1. Purpose is our Must Have: Sebuah perusahaan dalam beroperasi, harus memiliki tujuan yang ingin dicapai seturut dengan visi dan misi dari perusahaan. Oleh karena itu, pemimpin harus bersifat visioner dan futuristic untuk menghadapi berbagai perubahan secara ambigu (Sorescu, 2017). Inovasi dapat diterapkan bila memiliki keberanian untuk mengeksekusinya, maka diperlukan sebuah tujuan yang disepakati bersama untuk dapat diwujudkan bersama-sama.
  2. Our Value Agenda is Clear: Perusahaan harus dapat menyusun strategi perencanaan yang matang berdasarkan dari informasi terupdate, agar dapat mencegah terjadinya disrupsi di era digital Dalam rangka memperkuat performa perusahaan diperlukan analisis dan pertimbangan yang relevan untuk menunjang keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan harus dapat menyajikan nilai berupa informasi yang terpercaya terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan.
  3. Culture is our Secret Sauce: Perusahaan perlu mempunyai kebudayaan tersendiri sebagai nilai tambah dalam beroperasi dengan berorientasi terhadap penggunaan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Hal ini memperlukan penyesuaian dengan seluruh tenaga kerja yang memiliki latar belakang berbeda untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja.
  4. We are Radically Flat: Seturut dengan ACCA, (2020) bahwa di era globalisasi digital, perusahaan harus dapat bertransformasi dengan mengubah tatanan struktur yang berjalan didalamnya. Hal ini dimaksud dengan mengubah sistem tradisional seperti hirearki boss menjadi jaringan yang bekerja dalam tim dengan berbasis teknologi. Menurut Deloitte, (2018) dampak kehadiran teknologi telah mengubah pandangan perusahaan untuk tidak berbasis income lagi, melainkan berbasis value yang dihasilkan secara berkala melalui ketangkasan dan kreativitas dari para individu yang bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah secara kritis. Hal ini dapat mendorong performa perusahaan dalam menyajikan informasi laporan keuangan secara real-time. Selain itu, kepemimpinan (leadership) terlihat bukan dari bagaimana bawahan mematuhi atasannya, melainkan sikap atasan yang menjadi teladan dan memberikan dampak positif kepada bawahan, sehingga diperlukan tone at the top yang sangat baik.
  5. Turbocharge Decision Making: Kehadiran teknologi canggih saat ini telah meningkatkan percepatan akurasi data serta analitik yang menyajikan informasi dengan berkualitas dan relevan, sehingga membantu proses pengambilan keputusan bagi pemimpin dan eksternal.
  6. Our Talent is Scarcer than Capital: Para pemimpin harus pandai dalam menjalani perusahaan karena perusahaan seringkali mencerminkan sikap dari para pemimpinnya, sebagaimana yang disampaikan oleh Hambrick & Mason, (1984) dalam upper echelon theory yang membahas mengenai perilaku dan sikap pemimpin terhadap perusahaan. Pemimpin harus menyadari karyawan yang bertalenta dan mengembangkan mereka yang kurang untuk mampu meningkatkan daya saing di era teknologi, karena dengan mengoptimalkan sumber daya dapat menjalani peran yang krusial untuk keberlangsungan perusahaan secara berkelanjutan.
  7. Embrace Ecosystems: Perusahaan dalam menjalani kegiatan operasional, harus memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar dengan mempertahankan keberlanjutan lingkungan dan komunitas melalui program-program kepedulian yang tidak menciptakan batasan dalam menghasilkan nilai. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan CSR, mencegah pengambilan raw material secara sembarang, serta penghijauan.
  8. Data is Everyone’s Business: Dalam rangka menghasilkan informasi yang transparansi sebagai bentuk nilai kepercayaan yang diberikan kepada pihak berkepentingan, perusahaan dapat menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan keamanan data serta proses analisis data dengan otomatisasi untuk mencegah kecurangan dan data fiktif.
  9. Accelerate Learning: Perusahaan dapat memperbarui kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki secara efektif dengan melakukan tiga hal, yaitu adaptasi karir yang berkolaborasi terhadap teknologi, transformasi kemampuan, dan pembelajaran yang berevolusi sesuai dengan perubahan digital. Hal ini dapat meningkatkan performa perusahaan dengan mengoptimalkan sumber daya dan pihak eksternal seperti investor, kreditur, dan lainnya untuk mengerti dan mengadopsi teknologi.

REFERENSI:

  • ACCA. (2020). Future ready: Accountancy careers in the 2020s. 1–72. https://www.accaglobal.com/in/en/professional-insights/pro-accountants-the-future/future_ready_2020s.html
  • Deloitte. (2018). Becoming agile A guide to elevating internal audit’s performance and value. 1–10.
  • Hambrick, D. C., & Mason, P. A. (1984). Upper Echelons: The Organization as a Reflection of Its Top Managers. The Academy of Management Review. https://doi.org/10.2307/258434
  • Sorescu, A. (2017). Data-Driven Business Model Innovation. Journal of Product Innovation Management. https://doi.org/10.1111/jpim.12398

Image Sources: Google Image