Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu dengan menghasilkan berbagai inovasi baru dari ide yang dihasilkan secara kreatif. Hal ini bertujuan untuk membantu proses pemecahan masalah dengan baik sebagai solusi untuk meningkatkan kinerja dan performa. Menurut Alles, (2015) inovasi merupakan sebuah terobosan baru yang mampu menciptakan perubahan secara signifikan terhadap dunia industri ataupun kehidupan manusia, dimana dengan adanya suatu inovasi selain memecahkan masalah yang dihadapi, juga memberikan nilai baru sebagai peluang untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Tentunya, sebuah inovasi perlu dihantarkan (difusi) dengan baik agar dapat tersebar secara luas dan diterima dengan baik, sehingga dapat membantu kehidupan dalam komunitas sosial ataupun ruang lingkup bisnis untuk tidak terjatuh ke era disrupsi secara berkelanjutan yang menggantikan paksa sistem lama (Kumaraswamy et al., 2018).

Salah satu teori yang membantu menjelaskan fenomena tersebut adalah Diffusion of Innovative (DOI) Theory yang dikembangkan oleh Rogers Everett pada tahun 1962, dimana teori ini merupakan salah satu teori sosial yang tertua. Dalam Rogers et al., (2019) menjelaskan bahwa teori inovasi difusi merupakan penggambaran bagaimana kreasi yang dibangun oleh manusia membentuk suatu elemen kebudayaan, tindakan, dan instrumen yang baru untuk diimplementasikan di lingkungan, dimana difusi itu sendiri merujuk kepada inovasi yang dikomunikasikan secara berkala dengan berbagai cara yang ditujukan ke pihak tertentu. Tujuan dari terciptanya penemuan baru dengan melakukan difusi terhadap lingkungan komunitas ataupun industri bisnis, hasil yang ingin dicapai adalah bagaimana instrumen atau teknologi tersebut dapat diadopsi dengan baik. Sebagai seorang yang inovatif, perlunya mempelajari terlebih dahulu mengenai perilaku, aktivitas, dan kebiasaan yang dilakukan oleh pihak yang dituju agar terdapat penyesuaian untuk memperkenalkan hal baru tersebut (Crosby et al., 2016).

Menurut Rogers et al., (2019) terdapat lima kategori adopsi, dimana ketika mempromosikan suatu pemikiran baru, terdapat perbedaan strategi yang dapat digunakan untuk dikomunikasikan ke beberapa kategori pengadopsi, yaitu:

  1. Innovators merupakan para penemu yang mencetuskan ide, teknologi, dan terapan baru, dimana mereka merupakan pengguna pertama yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang terkandung untuk dianalisis dan dicegah agar dapat digunakan di dunia masyarakat dan industri.
  2. Early Adopters merupakan sekumpulan orang yang menikmati perubahan dengan mengikuti perkembangan zaman dan melihat peluang pada setiap perubahan yang ada. Pada tahap ini, mereka mengadopsi teknologi dimana mereka percaya akan menghasilkan keuntungan yang besar sebagai peluang untuk kemajuan usaha mereka, sehingga tidak memperlukan informasi yang meyakinkan mereka untuk dapat beradaptasi.
  3. Early Majority merupakan sekumpulan orang yang cepat untuk mengadopsi suatu penggunaan teknologi baru sebagai media yang membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaannya. Perbedaan dengan early adopters adalah dalam kategori early majority membutuhkan bukti nyata dari yang dihasilkan dari mengadopsi temuan baru tersebut.
  4. Late Majority merupakan kategori yang menggambarkan kepada orang-orang yang bersikap skeptis terhadap perubahan. Mereka membutuhkan dorongan dari sebagian besar orang yang telah mengadopsinya dan membutuhkan waktu cukup lama agar mereka mau menggunakannya di pekerjaannya.
  5. Laggards merupakan kategori terhadap orang-orang yang ketat menganut kepercayaan tradisi mereka dan bersikap sangat skeptis mendekati mustahil terhadap perubahan karena dilandasi oleh rasa takut dan tekanan untuk mengganti dengan cara baru.

Sebagaimana yang telah dijelaskan lebih lanjut mengenai DOI Theory, gambaran dari keberadaan teori tersebut memberikan penjelasan bahwa suatu pihak membutuhkan informasi yang dikomunikasikan dengan efektif dan berkala agar pertumbuhan teknologi dapat tersampaikan dengan baik. Munculnya megatrends dengan terciptanya beragam teknologi modern seperti Big Data Analytics, Blockchain, Artificial Intelligence (AI), hingga Augmented Reality (AR) telah mendorong perusahaan untuk mampu bertransformasi dengan penggunaan teknologi agar dapat menciptakan keunggulan dalam berdaya saing secara global dan menciptakan nilai perusahaan yang baru, sehingga perusahaan harus dapat beradaptasi dan menciptakan sebuah model bisnis baru yang disesuaikan dengan perubahan zaman (Sorescu, 2017). Amazon, IBM, Google, dan Microsoft merupakan perusahaan teknologi yang telah mengadopsi sistem terkini agar dapat memenuhi permintaan masyarakat yang terus bertumbuh secara pesat.

Menurut Canaday, (2020) para pemimpin perusahaan sebesar 67% telah menginvestasikan dana terhadap penggunaan teknologi, dimana 69% menyatakan bahwa melalui penerapan teknologi telah mengakselerasi seluruh proses kinerja bisnis yang membantu proses pengambilan keputusan. Hal ini menyatakan bagaimana pesatnya pertumbuhan teknologi perlu diadopsi dan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta pasar, sehingga proses transformasi yang berlangsung dalam perusahaan dapat berkembang dengan efektif dan efisien sesuai dengan permintaan yang ada dan memberikan dampak serta manfaat kepada perusahaan baik dari segi biaya, pengalaman, hingga sistem terintegrasi yang jauh lebih menguntungkan ketimbang perusahaan saat masih berada di masa tradisional. Hal tersebut dapat tercapai bila suatu informasi terkait dengan inovasi terkini dapat tersampaikan dengan akurat dan relevan.

REFERENSI:

  • Alles, M. G. (2015). Drivers of the use and facilitators and obstacles of the evolution of big data by the audit profession. Accounting Horizons, 29(2), 439–449. https://doi.org/10.2308/acch-51067
  • Canaday, H. (2020). Going digital. Aviation Week and Space Technology, 180(3), MR025–MR026.
  • Crosby, M., Pattanayak, P., Verma, S., & Kalyanaraman, V. (2016). Applied Innovation Review. Applied Innovation Review, 2, 5–20.
  • Kumaraswamy, A., Garud, R., & Ansari, S. (Shaz). (2018). Perspectives on Disruptive Innovations. Journal of Management Studies. https://doi.org/10.1111/joms.12399
  • Rogers, E. M., Singhal, A., & Quinlan, M. M. (2019). Diffusion of innovations. In An Integrated Approach to Communication Theory and Research, Third Edition. https://doi.org/10.4324/9780203710753-35
  • Sorescu, A. (2017). Data-Driven Business Model Innovation. Journal of Product Innovation Management. https://doi.org/10.1111/jpim.12398

Image Sources: Google Image