Memasuki era revolusi industri 4.0 telah menciptakan percepatan globalisasi digital yang mempengaruhi seluruh aktivitas bisnis dan industri dengan signifikan, sehingga diperlukan pemikiran yang terbuka dan sikap yang ingin terus berinovasi untuk dapat berkembang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Penyebaran megatrend yang semakin luas diharapkan dapat meningkatkan kegiatan operasional dalam dunia industri untuk mampu beroperasi dan menghasilkan informasi secara real-time dan akurat, sehingga dapat membantu mengidentifikasi perkembangan tren, memperoleh laba secara maksimal dengan meminimalisir penggunaan biaya yang tidak diperlukan, dan mewujudkan tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Hanya saja, selang beberapa tahun berlangsung, era revolusi industri 4.0 telah menciptakan kesenjangan (gap) yang besar antara kemajuan zaman dengan adanya faktor teknologi dan digital dengan kapasitas manusia, sehingga sudah beredar rumor umum bahwa perkembangan teknologi berpotensi mematikan kehidupan dan pekerjaan manusia di masa mendatang.

Dalam penelitian Krahel & Titera, (2015) menjelaskan bahwa keunggulan di era 4.0 adalah meningkatkan daya saing secara kompetitif yang semakin ketat serta mempercepat pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan internal maupun eksternal perusahaan, tetapi hanya saja kemajuan teknologi di era 4.0 hanya terfokus kepada perkembangan perusahaan, sehingga hal ini menciptakan kerentanan terhadap berbagai sektor profesi yang belum mampu beradaptasi dengan penggunaan teknologi menjadi terancam, seperti jumlah tenaga kerja yang diprediksi akan menurun dari 67% menjadi 53% sesuai dengan laporan WEF, (2020) akibat dari pembaruan sistem yang terotomatisasi menyebabkan kurangnya pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh manusia yang menjadi ketidakseimbangan antara manusia dengan kemajuan zaman.

Menjawab kelemahan sebagai dampak dari revolusi industri 4.0, pada tahun 2016 Jepang telah memulai pengembangan society 5.0 yang menghantarkan masyarakat untuk dapat berkolaborasi dengan teknologi (Fukuyama, 2018). Terobosan baru tersebut dapat melahirkan kepercayaan serta kapasitas manusia untuk berotasi terhadap penggunaan teknologi, dimana dengan menghasilkan masyarakat yang cerdas mampu meningkatkan harmonisasi dan taraf hidup manusia ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam laporan Future Ready: Accountancy Careers in the 2020s oleh ACCA, (2020) menuliskan bahwa perusahaan yang mampu memfasilitasi sesuai dengan kebutuhannya dapat menciptakan perkembangan profesi secara terintegrasi, seperti hal nya seorang akuntan yang dapat menjadi business transformer, data scientist, digital trailblazer, dan lainnya yang akan sangat menguntungkan bagi perusahaan, akuntan, dan pihak kepentingan lainnya. Adanya peran akuntan yang merupakan penopang dunia bisnis dan industri, mampu berkolaborasi dengan ranah IT yang saat ini telah menjadi titik tumpu dalam keberlangsungan perusahaan agar dapat menghasilkan kinerja yang berkompeten serta mampu menghubungkan antar pihak secara virtual, sehingga dapat mempermudah laju penyebaran informasi dan komunikasi yang tersampaikan secara berkala untuk membantu proses pengambilan keputusan yang menentukan kehidupan perusahaan di masa mendatang.

Mendukung hal tersebut, dalam laporan Future of Jobs oleh WEF, (2020) menyatakan bahwa melalui pengadopsian teknologi yang semakin besar di tahun 2025, dapat mencegah terjadinya kepunahan dimana manusia dapat mempelajari kemampuan baru yang berkolaborasi dengan bidang lainnya secara efektif dan relevan. Sebagai contoh, tingkat pekerjaan dalam ranah IT dapat dikenal dan diterapkan dalam ruang lingkup yang kecil seperti data security yang terhubung dengan cyber security, mengolah dan membangun informasi berbasis big data, dan lainnya. Oleh karena itu, keberadaan teknologi merupakan sebuah peluang besar bagi perkembangan perusahaan dan profesi akuntan secara berkelanjutan.

REFERENSI

  • ACCA. (2020). Future ready: Accountancy careers in the 2020s. 1–72. https://www.accaglobal.com/in/en/professional-insights/pro-accountants-the-future/future_ready_2020s.html
  • Fukuyama, M. (2018). Society 5.0: Aiming for a New Human-centered Society. Japan SPOTLIGHT, 27(Society 5.0), 47–50. http://www8.cao.go.jp/cstp/%0Ahttp://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=bth&AN=108487927&site=ehost-live
  • Krahel, J. P., & Titera, W. R. (2015). Consequences of big data and formalization on accounting and auditing standards. Accounting Horizons, 29(2), 409–422. https://doi.org/10.2308/acch-51065
  • World Economic Forum, (2020). October.

Image Sources: Google Image