Untuk mencapai tujuan suatu siklus bisnis, perusahaan akan menghadapi resiko yang mungkin dapat terjadi di perusahaan. Hal tersebut juga berlaku untuk siklus pengeluaran, atau expenditure cycle. Resiko dalam Expenditure Cycle dapat melingkupi empat aktivitas bisnis, diantaranya:

Ordering materials, supplies, and services
Resiko yang mungkin dapat terjadi dari tahap pembelian ini adalah sebagai berikut:

    1. Pencatatan persediaan yang tidak akurat.
    2. Memesan barang-barang yang tidak dibutuhkan.
    3. Membeli barang pada saat harga tinggi.
    4. Membeli barang dengan kualitas rendah.
    5. Supplier yang tidak dapat diandalkan.
    6. Membeli dari supplier yang tidak terotorisasi.
    7. Kickbacks

      Receiving and storing goods
      Resiko yang mungkin dapat terjadi dari tahap penerimaan dan mengamankan persediaan adalah sebagai berikut:

    1. Menerima barang yang tidak dipesan.
    2. Kesalahan dalam menghitung barang yang tidak diterima.
    3. Verifikasi penerimaan jasa.
    4. Pencurian barang persediaan.

      Approving supplier invoices
      Resiko yang mungkin dapat terjadi dari tahap ini adalah sebagai berikut:
    1. Gagal menangkap kesalahan dalam tagihan supplier.
    2. Kesalahan dalam melakukan posting ke akun hutang.

      Cash disbursement
      Resiko yang mungkin dapat terjadi dari tahap organisasi harus mengamankan kas perusahaan adalah sebagai berikut:

    1. Membayar untuk barang yang tidak diterima.
    2. Gagal dalam mengambil diskon pembelian.
    3. Membayar tagihan yang sama dua kali.
    4. Pencurian kas.
    5. Penyalahgunaan cek.
    6. Permasalahan arus kas.

Resiko kecurangan yang memungkinkan terjadi dalam kegiatan bisnis harus segera dideteksi sedini mungkin. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi terdapatnya kecurangan tersebut adalah ACL (Audit Command Language). ACL ini adalah software yang biasa digunakan oleh auditor untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan dengan cara mengekstrasi dan menganalisis data yang telah diperoleh dari perusahaan. Kecurangan tersebut dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu korupsi, penyalahgunaan asset (yang biasanya dilakukan oleh karyawan), serta kecurangan yang terdapat dalam laporan keuangan (dilakukan oleh pihak manajemen). Untuk mendeteksi kecurangan tersebut, maka auditor harus memiliki pemahaman yang baik atas pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan dan juga kelemahannya.

Untuk mendeteksi terjadinya kecurangan terhadap ordering materials, supplies, and services adalah dapat menggunakan metode perpetual inventory dalam pencatatannya untuk memastikan bahwa jumlah persediaan yang ada di gudang sesuai atau tidak. Untuk menghindari dan meminimalisir terjadinya kesalahan pada pencatatan perpetual inventory, maka pencatatan harus dilakukan menggunakan ACL dan hindari menginput data secara manual.

Prosedur audit yang dipakai dalam Expenditure cycle adalah menggunakan ACL untuk mengurutkan record dalam file faktur pembelian berdasarkan nomor faktur dan nomor supplier. Hasilnya akan memperlihatkan record yang memiliki karakteristik berurutan, yang kemudian dapat ditarik perinciannya untuk dikaji lebih jauh.

Sedangkan, untuk mendeteksi kecurangan berupa memalsukan pembayaran agar dapat memaksimalkan keuntungan. Prosedur audit yang digunakan adalah expression builder create yang terdapat di ACL untuk membentuk kisaran nilai disekitar batas bawah pengendali tersebut. Untuk memperlihatkan aktivitas mencurigakan yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, sortir record pembayaran yang masuk dalam kisaran ini berdasarkan supplier.

BLH

Image Source: Google Image