Indonesia perlu mempertimbangkan lebih jauh akan pertumbuhan perekonomian tahun 2020 mengingat pandemi Covid-19 terus menyebar dan menyebabkan banyak korban berjatuhan seiring waktu. Menganalisa permasalahan yang sedang terjadi untuk menemukan solusi dalam mengantisipasi pada tiap sektor industri yang menurun sehingga pemerintah dapat menjadi lebih siaga menangani dan membantu pelaku-pelaku pebisnis dan juga masyarakat. Pandemi Covid-19 menyebabkan dampak yang luar biasa terhadap banyak kegiatan usaha yang berefek terhadap pencatatan laporan keuangan seperti menurunnya pendapatan, keuntungan, dan saham dari investor yang didapat.  Perlu diperhatikan lebih jauh, terdapat banyak kegiatan usaha yang tutup seperti restoran, bisnis, kafe, dan lain-lain sehingga menyebabkan pelaku usaha menjadi stress akan ketidakpastian yang sedang dihadapi. Sektor lainnya seperti pariwisata menjadi sepi akan pengunjung dan tempat rekreasi sekitar juga menjadi tutup untuk mencegah keramaian yang dapat menyebarkan virus dengan lebih cepat. Perusahaan menetapkan work from home sehingga terdapat pekerja yang diliburkan tidak mendapat gaji untuk menghemat budget pengeluaran perusahaan. Selain itu, Covid-19 mengancam industri maskapai penerbangan sehingga menimbulkan keraguan terhadap beberapa maskapai penerbangan untuk terus berlanjut (going concern).

Covid-19 yang telah mewabah di dunia turut berdampak pada maskapai penerbangan sehingga beberapa maskapai penerbangan terancam ditutup. Salah satu maskapai penerbangan yang dirugikan dimana mengalami penurunan sejak akhir tahun 2019 adalah Garuda Indonesia. Menurut Irfan selaku Direktur Utama Garuda (Indozone, 2020), salah satu kerugian karena Covid-19 tersebut adalah ditutupnya penerbangan ke beberapa negara pandemic, serta banyak yang memilih untuk menunda bepergian sehingga hal tersebut kemudian menyebabkan utilisasi pesawat menjadi turun. Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four, yaitu PwC selaku auditor yang melakukan pengauditan terhadap Garuda menyatakan bahwa hasil dari laporan keuangan tahun 2019 Garuda tersaji secara adil, tetapi menghasilkan working capital yang negatif sebesar US$ 2.12 Miliar serta akumulasi kerugian mencapai US$ 669 juta pada akhir Desember. Dampak dari Pandemic terhadap industri maskapai penerbangan mengindikasikan akan adanya ketidakpastian yang dapat menciptakan keraguan secara signifikan terhadap Garuda dalam keberlanjutan usaha nya (going concern). Terkait dengan perawatan pesawat yang dilakukan Bersama unit Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF AeroAsia) melanggar beberapa pinjaman yang dilakukan dan meminta pengabaian, hanya saja bank yang memberikan pinjaman tersebut belum menyetujui permintaan yang diberikan. Garuda melaporkan pinjaman jangka pendek (short-term loan) sebesar US$ 984,85 juta pada tanggal 31 Desember 2019.

Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, Garuda Indonesia menyiapkan beberapa langkah (Indozone, 2020) sebagai pertimbangan untuk antisipasi terhadap situasi Pandemi Covid-19 yang sulit diprediksi dan bersifat tidak pasti. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Garuda Indonesia untuk menekan nilai kerugian adalah dengan mengalihkan pesawat-pesawat besar yang sedianya terbang ke tujuan internasional, maka saat ini akan dialihkan untuk tujuan domestik rute-rute yang masih banyak dipakai. Lalu untuk mencari alternatif pendanaan, Garuda akan mengimplementasi pengukuran untuk meningkatkan biaya kargo dan melakukan negosiasi ulang terhadap sewa pesawat yang berlangsung.

Selain Garuda Indonesia, salah satu pesawat ternama yaitu AirAsia akan Menghentikan sementara terhadap penerbangan domestik mulai 1 April 2020 hingga 21 April 2020. Kebijakan penangguhan diambil pihak AirAsia untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi pandemic Covid-19. Sedangkan, proses penangguhan untuk penerbangan dengan rute internasional akan berlangsung hingga 17 Mei 2020. AirAsia menawarkan fleksibilitas pilihan termasuk kesempatan untuk ubah jadwal (reschedule) tanpa batas dan tanpa biaya tambahan, atau “akun kredit” berupa saldo senilai pembelian yang dapat digunakan untuk pembelian tiket berikutnya selama (periode waktu) 365 hari. Langkah ini sendiri telah dilaksanakan oleh AirAsia Internasional seperti AirAsia Filipina, Thailand, India, dan Malaysia.

Covid-19 menyebabkan banyak kehancuran terutama dalam dunia industri sehingga menyebabkan perekonomian menjadi anjlok pada tahun 2020. Industri maspakai penerbangan banyak yang terkena dampaknya, tetapi mereka tetap mengambil keputusan untuk menutup rute penerbangan untuk mendukung langkah pemerintah dalam upaya meredakan penyebaran pandemic Covid-19. Selain itu, kita sebagai masyarakat dapat turut membantu dengan menjalani aturan-aturan yang ada seperti menjauhi kerumunan (social distancing) dan work from home, agar penyebaran Covid-19 dapat mereda sehingga aktifitas usaha dapat berjalan dengan normal. Situasi yang tidak pasti dan sulit diprediksi ini dapat teratasi bila semua Bersama-sama untuk bekerjasama dalam mencegah penyebaran Covid-19 lebih lanjut.

ANM

REFERENSI

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4947882/bos-garuda-blak-blakan-soal-dampak-ngeri-corona/2

https://www.indozone.id/news/mnsOyx/dirut-garuda-indonesia-kami-rugi-karena-virus-corona/read-all

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200303163613-19-142185/cara-garuda-atasi-efek-penutupan-penerbangan-karena-corona

https://www.suara.com/bisnis/2020/03/28/153230/airasia-indonesia-hentikan-sementara-penerbangan-semua-rute