DUNIASIANA KEUANGAN INKLUSIF

Duniasiana Keuangan Inklusif menyajikan informasi, berita, kajian terkini tentang keuangan inklusif yang dihasilkan oleh organisasi global melalui tautan (link) terkait.

Organisasi Penjelasan
afi.png Alliance for Financial Inclusion (AFI)

AFI merupakan salah satu forum internasional yang fokus pada keuangan inklusif. Learning model AFI yang unik, mendorong pembuat kebijakan di bidang keuangan untuk berdialog dan sharing pengalaman dalam meningkatkan akses masyarakat kepada layanan keuangan.

Adapun working group yang terdapat dalam AFI adalah sebagai berikut:

  1. Financial Inclusion Data Working Group (FIDWG)
  2. Financial Inclusion Strategy Peer Learning Group (FISPLG)
  3. Financial Integrity Working Group (FINTWG)
  4. Mobile Financial Services Working Group (MFSWG)
  5. SME Finance Working Group (SMEFWG)
  6. Pasific Island Working Group (PIWG)
  7. Consumer Empowerment and Market Conduct (CEMC) Working Group

 

Saat ini Bank Indonesia aktif sebagai anggota AFI Steering Committee serta aktif di hampir seluruh working group AFI, kecuali pada PIWG dan CEMC Working Group.

Komitmen AFI dalam rangka mendukung perluasan keuangan inklusif dalam tingkat global, antara lain :

    1. The Maya Declaration
    1. Deklarasi Maya adalah komitmen keuangan inklusif pertama di dunia yang bersifat global dan terukur yang dilakukan oleh pemerintah negara-negara emerging dan berkembang. Lebih dari 90 negara – merepresentasikan lebih dari 75% populasi unbanked dunia – telah mendukung deklarasi ini. Pada tahun 2011, Bank Indonesia telah turut berkomitmen melalui Maya Declaration, yaitu program Financial Identity Number (FIN), Edukasi Keuangan, TabunganKu, dan Branchless Banking.

maya.png

  1. Sasana Accord
  2. Sasana Accord merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas program keuangan inklusif yang dibentuk pada pelaksanaan AFI Global Policy Forum (GPF) September 2013, yaitu dengan melakukan aksi:

    • Mencapai komitmen yang telah dibuat dalam Maya Declaration melalui penentuan target nasional
    • Pengukuran perkembangan keuangan inklusif dengan menggunakan the Core Set AFI Financial Inclusion Data.
  3. Pada tahun 2013, Bank Indonesia telah berkomitmen dalam Sasana Accord tersebut.

Website : www.afi-global.org

g20.png Forum G-20

Negara-negara G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia termasuk Indonesia. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia.

Pada Toronto Summit disepakati G20 Principle for Financial Inclusion (9 principles), yaitu leadership, diversity, innovation, protection, empowerment, cooperation, knowledge, proportionality and framework. Kesembilan prinsip ini semakin memfokuskan kegiatan G20 kepada keuangan inklusif sebagai jawaban atas dampak krisis tahun 2008 terhadap negara berkembang yang memilki jumlah masyarakat unbanked cukup besar.

Website: https://www.g20.org

Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI)

GPFI merupakan sebuah platform keuangan inklusif untuk semua negara kelompok G20 dan stakeholder terkait lainnya untuk mengembangkan program keuangan inklusif, termasuk pelaksanaan Rencana Aksi Keuangan Inklusif G20 (G20 Financial Inclusion Action Plan) yang dicanangkan pada KTT G20 di Seoul.

Bank Indonesia terlibat aktif dalam seluruh kegiatan GPFI terutama Co-chair subgroup Regulation and Standard Setting Bodies serta terlibat dalam Development Working Group (DWG) bersama dengan Bappenas.

gpfi.png

Informasi terkini:

http://www.gpfi.org/publications/use-financial-inclusion-data-country-case-study-bangladesh

cgap.png Consultative Group to Assist the Poor (CGAP)

CGAP merupakan kemitraan global dari 34 organisasi terkemuka yang berusaha untuk meningkatkan keuangan inklusif. CGAP mengembangkan solusi inovatif melalui penelitian praktis dan keterlibatan aktif dengan penyedia jasa keuangan, pembuat kebijakan, dan penyandang dana untuk mengaktifkan pendekatan yang komprehensif.

Bertempat di Bank Dunia, CGAP menggabungkan pendekatan pragmatis untuk pengembangan responsible market dengan platform advokasi berbasis bukti nyata untuk meningkatkan akses terhadap layanan keuangan kepada masyarakat miskin yang memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kehidupan mereka.

CGAP merupakan salah satu referensi bagi Bank Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini mengenai teori maupun inovasi praktis dalam pengembangan keuangan inklusif.

Informasi terkini:

http://www.cgap.org/publications/financial-inclusion-and-development-recent-impact-evidence

wb.png The World Bank

World Bank merupakan sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan pinjaman kepada negara berkembang untuk program pemberian modal. World Bank menyediakan pinjaman dengan bunga rendah, kredit tanpa anggunan, dan hibah untuk negara berkembang. Selain itu, World Bank juga memfasilitasi pembiayaan melalui trust fund melalui donor bilateral dan multilateral.

World Bank turut berpartisipasi dalam peningkatan keuangan inklusif di dunia dengan melakukan survei financial access pada tahun 2010. Hasil survei tersebut menyatakan bahwa sekitar 2,5 juta penduduk dunia termasuk financial excluded. Oleh karena itu, World Bank memiliki tiga aspek utama keuangan inklusif, yaitu akses, penggunaan, serta kualitas keuangan inklusif, dengan tetap mempertimbangkan fungsi infrastruktur keuangan dan financial consumer protection dalam mendukung perkembangan tiga aspek tersebut.

Dukungan terkait keuangan inklusif yang diberikan World Bank kepada Indonesia, antara lain:

  1. Indonesia Financial Sector Strengthening Trust Fund (IFSS TF) 2013-2017 – State Secretariat for Economic Affairs (SECO).
  2. Financial Inclusion Support Framework (FISF) 2013-2016.

 

Website : http://www.worldbank.org/

fe.png International Network on Financial Education (INFE)
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)

INFE/OECD merupakan organisasi internasional bertujuan meningkatkan dan memfasilitasi pembuat kebijakan dan stakeholder terkait edukasi keuangan di tingkat global. Cakupan kerja INFE/OECD meliputi pengembangan strategi nasional edukasi keuangan; penyusunan tools pelaksanaan dan evaluasi edukasi keuangan terkait perbankan, investasi, kredit, asuransi, private pension, pembiayaan jangka panjang; serta perlindungan konsumen. INFE/OECD telah diakui dan memiliki mandat di fora internasional a.l. G8, G20, dan APEC, yaitu dalam Seoul 2011, Paris 2011, dan Los Cabos 2012.

Guna mendukung program edukasi keuangan, Bank Indonesia telah terlibat aktif dalam INFE/OECD sejak tahun 2011.

Website :

http://www.financial-education.org/home.html

apec.png Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)

APEC merupakan forum ekonomi pertama di Asia-Pasifik yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di wilayah Asia-Pasifik yang berkelanjutan. Forum APEC turut mengakui pentingnya program keuangan inklusif oleh karena itu dalam rangkaian acara APEC Finance Ministries tahun 2010 di Kyoto dicanangkan Asia-Pacific inisitaive Financial Inclusion Forum. Bank Indonesia turut berpartisipasi aktif dalam menyukseskan program keuangan inklusif yang dilakukan melalui penyelenggaraan high level workshop on financial inclusion  dalam keketuaan Indonesia dalam APEC 2013. Selain itu, Bank Indonesia aktif dalam forum sharing knowledge diantara anggota APEC.

Informasi terkini :

http://www.adbi.org/event/6185.2014.asia.pacific.forum.financial.inclusion/

gsma.png The Association for South East Asia Nation (ASEAN)

GSM dibentuk oleh The Confederation of European Posts and Telecommunications (CEPT) untuk merancang teknologi mobile pan-Eropa pada tahun 1982. GSMA memiliki peranan penting dalam pengembangan kebijakan publik yang berkaitan dengan industri mobile dan pelanggannya.

Dengan meningkatnya jumlah layanan uang elektronik hingga mencapai skala industri dan memiliki banyak keberhasilan dalam memperluas akses ke jasa keuangan di luar jangkauan lembaga keuangan tradisional di banyak negara berkembang. Data pada akhir 2013 terdapat 9 market yang telah menggunakan rekening uang elektronik. Jumlah outlet agen pun meningkat mencapai 886.000 pada Juni 2013, dengan rata-rata terdapat outlet agen 28,4 per 100.000 orang dewasa secara global. Hal ini enam kali lebih besar dari rata-rata kepadatan cabang bank, yang berdiri di 4,6 per 100.000 orang dewasa. Ini adalah indikasi yang kuat bahwa uang elektronik dapat memperluas akses terhadap jasa keuangan bagi masyarakat unbanked dan underbanked.

Website: http://www.GSMA.com

sumber : https://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/berita/duniasiana/Contents/default.aspx

Maya Safira Dewi