Piutang adalah tagihan yang diharapkan untuk diterima dalam bentuk kas. Piutang diklasifikasikan menjadi piutang dagang (account receivable), piutang wesel (notes receivable) dan piutang lainnya (other receivables).

Piutang dagang adalah jumlah terhutang oleh pelanggan karena transaksi penjualan secara kredit. Perusahaan berharap untuk menerima pembayaran kas dalam jangka waktu 30 hari sampai dengan 60 hari. Piutang wesel adalah jenis tagihan dengan instrumen formal yang diterbitkan sebagai bukti hutang. Piutang wesel biasanya menuntut pembayaran dalam jangka waktu 60 hari sampai dengan 90 hari dan menuntut debitur untuk membayar bunga. Piutang lainnya seperti piutang bunga, peminjaman kepada karyawan perusahaan, dan pengembalian pajak penghasilan. Biasanya piutang lainnya tidak disebabkan oleh operasional bisnis.

Setelah perusahaan mencatat piutang dagang, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana perusahaan melaporkan piutang dalam laporan keuangan? Perusahaan melaporkan piutang dagang dalam laporan posisi keuangan dalam kelompok aktiva. Namun menentukan jumlah piutang yang harus dilaporkan seringkali menjadi sulit karena beberapa piutang mungkin saja tidak dapat ditagih.

Untuk memotivasi debitur melunaskan hutangnya, tidak jarang perusahaan memberikan diskon apabila debitur melunaskan hutang tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan perusahaan.

Namun perusahaan tetap mencatat piutang yang tidak tertagih sebagai Bad Debt Expense. Ada dua jenis metode yang digunakan dalam mencatat piutang tidak tertagih.

Direct write-off method. Dengan metode ini, ketika perusahaan memastikan jumlah tertentu atas piutang tak tertagih, perusahaan langsung membebankan kerugian pada Bad Debt Expense. Bad Debt Expense memperlihatkan kerugian yang aktual atas piutang yang tidak tertagih. Namun metode ini tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan keuangan apabila kerugian bad debt tidak signifikan.

Allowance method. Metode ini melibatkan estimasi piutang tak tertagih setiap akhir periode. IFRS menghendaki allowance method untuk tujuan pelaporan keuangan. Metode ini memiliki tiga fitur penting, yaitu:

  1. perusahaan mengestimasi piutang tak tertagih sehingga dapat mencocokan beban terhadap pendapatan dalam periode akuntansi di mana mereka mencatat pendapatan.
  2. Perusahaan mendebit piutang tak tertagih pada Bad Debt Expense dan mengkreditkannya ke Allowance for Doubtful Accounts sebagai jurnal penyesuaian pada tiap akhir periode.
  3. Ketika perusahaan menghapus jumlah tertentu, mereka mendebitkan jumlah piutang tak tertagih yang sebenarnya pada Allowance for Doubtful Accounts dan mengkreditkan jumlah tersebut pada Accounts Receivable.

Ada dua basis yang menjadi perhitungan estimasi piutang tak tertagih dalam allowance method. Kedua basis ini diterima secara umum, pemilihan basis hanya tergantung pada keputusan manajemen.

Percentage of sales. Dalam basis ini, manajemen mengestimasi berapa persen penjualan secara kredit yang akan tidak tertagih. Persentase ini didasarkan pada pengalaman masa lalu dan kebijakan kredit yang diantisipasi.

Percentage of receivables. Dalam basis ini, manajemen mengestimasi berapa persen piutang yang mengakibatkan kerugian dari jumlah yang tidak tertagih.