Pengujian Secara Subtantif
Pengujian secara subtantif pada umumnya mengabaikan fungsi dari suatu sistem tetapi memperhatikan kejadian dari transaksi yang berlangsung, misalnya nilai dalam mata uang pada saat tertentu. Pendekatan yang dipakai dalam substantive test adalah untuk memperoleh alasan yang tepat agar terjamin bahwa kesalahan maupun kelalaian yang cukup material dalam pencatatan akuntansi tidak sesuai dengan kejadiannya. Selain itu, harus juga dilakukan tes atas apa yang telah dibuat/didesain yang mencakupi:
- Kebenaran transaksi, kepemilikan, penilaian, atau pencatatan aset dan liabilitas.
- Menunjukkan secara jelas pendapatan dan biaya.
- Melakukan konfirmasi atas gambaran keseluruhan data yang diberikan oleh akuntansi, manajemen, atau pencatatan yang dilakukan oleh operasi perusahaan (secara statistik atau analisis data)
Sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya pengujian secara subtantif harus ditentukan berdasarkan tingkat kepercayaan pengendalian intern yang berlangsung didalam operasi perusahaan.
Pengajuan terhadap pendekatan System Base telah dilakukan dan substantive test dapat dilakukan jika terdapat kesalahan/kekeliruan atas sistem akuntansi. Dengan demikian, pengujian akan lebih terfokus pada bagian yang pengendalian intern-nya lemah, sehingga luas area pengujian dapat dibatasi. Jika tingkat kepercayaan atas sistem yang berlangsung sangat rendah, pengujian harus dilakukan secara lebih luas, tergantung tingkat kepercayaan dari pencatatan operasional dan akuntansi pada periode yang sedang berlangsung
Dalam melakukan seleksi atas item yang akan diambil untuk melakukan substantive test, harus dipilih yang bernilai besar dan berpengaruh terhadap aktivitas operasi perusahaan. Demikian pula halnya pembuktian atas uang yang tidak boleh diremehkan, yang bisa tertutup kemungkinan dicatat terlalu rendah. Perhatian khusus harus diberikan pada item yang ketika dites menunjukkan kecenderungan salah dalam perhitungan saldo, misalnya piutang yang sudah lama, persediaan yang tidak bergerak, atau bagian yang sangat lemah pada waktu diadakan evaluasi, dan sebagainya. Pada akhirnya, semua itu harus menjadi perhatian setelah dilakukan tes dengan sampel yang dapat mewakili pendapat yang diberikan.
Disarikan dari buku: Pedoman Audit Internal, Penulis: Alfred F. Kaunang, Halaman: 84-85.
Comments :