Presiden Joko Widodo dalam sambutannya di pembukaan Kongres XIII Ikatan Akuntan Indonesia di Istana Negara (juga streaming di Balai Kartini) Jakarta tanggal 11 Desember 2018 mengatakan bahwa akuntan Indonesia harus mampu menyusun prosedur yang sederhana, tidak berbelit-belit sehingga keseluruhan proses dapat jauh lebih cepat. Lebih lanjut Presiden mengungkapkan bahwa dalam dunia sekarang yang memenangkan kompetisi bukan yang besar, bukan yang kuat melainkan yang cepat.

Pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan telah mengalihkan belanja Pemerintah yang kurang produktif misalnya subsidi BBM ke belanja yang lebih produktif. Diharapkan dalam proses pencapaian SDGs tersebut, akuntan dapat berperan untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas sehingga dapat memastikan bahwa ekonomi negara dikelola secara sehat.

Akuntan harus memastikan bahwa selain harus akuntabel, efisien, dan berorientasi pada hasil, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kecepatan. Informasi yang cepat dan tepat waktu akan membantu kecepatan pengambilan keputusan sehingga mampu memenangkan persaingan global. Presiden mencontohkan prosedur pertanggungjawaban yang sangat berbelit-belit namun masih saja ditemukan fraud oleh KPK. Tugas akuntanlah untuk membuat prosedur tersebut sesederhana mungkin namun tetap akuntabel, efisien, dan berorientasi pada hasil.

Selain itu, Presiden juga memberikan arahan terkait orientasi akuntansi yang selama ini berorientasi pada penghematan namun belum memperhatikan opportunity cost. Dengan mempertimbangkan juga opportunity cost, akuntansi akan dapat melihat cakupan yang lebih luas sehingga tidak kehilangan kesempatan untuk berinovasi.

Presiden juga mengingatkan bahwa sistem akuntansi jangan hanya berorientasi pada kepatuhan saja, namun harus berorientasi pada etika sosial, etika moral, dan keadilan.

-HK-