Tentu Anda pernah mendengar mengenai miopi, kalau dalam konteks penyakit mata, maka miopi ini disebut dengan rabun jauh. Tetapi bagaimana dengan myopia dalam konteks akuntansi dan keuangan? Kalau dalam hal akuntansi dan keuangan myopia diartikan sebagai bias atau kesalahan penilaian kinerja dikarenakan terlalu fokus pada laba jangka pendek.

   Permasalahan seperti ini seringkali terjadi pada top manajemen perusahaan. Top manajemen perusahaan setiap periode baik interim maupun tahunan pasti melakukan pengkuruan kinerja, untuk mengetahui apakah target kinerja yang telah mereka rencanakan sebelumnya tercapai atau tidak.

   Pengukuran kinerja perusahaan seringkali diukur dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Laba terdapat dalam laporan keuangan, laporan laba rugi. Selain itu dikuru juga dari ketersediaan kas, karena percuma kalau hanya laba tinggi tetapi tidak dapat dicairkan, atau piutang yang tidak dapat ditagih. Apabila top manajemen hanya fokus pada pencapaian target laba, dilihat dari periode satu tahun apalagi interim, maka apabila terget tersebut tidak tercapai, dianggap kinerja dari perusahaan tidak baik. Padahal akan lebih baik kalau perusahaan juga fokus pada hal lain terutama intangible asset. Contohnya seperti ini: Suatu perusahaan manufaktur pemain baru di bidang industri eletronik memproduksi merk baru. Sementara dalam industri tersebut sudah banyak pemain lama yang sudah mapan, mempunyai pelanggan loyal yang jumlahnya banyak dan brand image, merk dagang yang sudah terkenal. Akan tidak bijak apabila manajemen perusahaan hanya fokus pada penjualan dan laba jangka pendek, karena dalam jangka pendek tentu tidak dapat mengharapkan penjualan yang langsung tinggi. Team marketing perusahaan harus memulai dari membangun brand image merk terlebih dahulu. Membangun brand image merupakan salah satu fungsi dari baruran pemasaran, yaitu promosi. Promosi adalah kegiatan bauran pemasaran yang tentunya membutuhkan biaya. Perusahaan jangan melihat ini sebagai expense belaka, tetapi harus melihatnya sebagai investasi jangka panjang untuk membangun brand image perusahaan.

Beberapa pendekatan untuk mengatasi myopia, diantaranya adalah berikut ini:

  1. Menggantikan pengukuran akuntansi dengan penggerak nilai kinerja, mengubah atas apa yang diukur (penciptaan nilai bagi pemegang saham bukannya pendapatan akuntansi),
  2. Menggunakan peninjauan pre-action untuk mengendalikan pengembangan yang meliputi investasi jangka panjang,
  3. Menyesuaikan atau meningkatkan pengukuran akuntansi agar mencerminkan pendapatan ekonomis secara lebih baik,
  4. Memperpanjang rentang di mana kinerja diukur dan dihargai
  5. Pengurangan tekanan untuk keuntungan jangka pendek.

   Pengukuran kinerja dapat dilakukan per periode bulan atau tahun, namun demikian, perusahaan juga perlu untuk menerapkan pengukuran jangka panjang dan juag mempertimbangkan faktor intangible asset sebagai investasi jangka panjang.

 

– BLH