Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk mengetahui makna pengalaman emosi terhadap adaptasi individu pada organisasi multikultural. Penelitian ini berusaha untuk memahami adaptasi dari sudut pandang para karyawan sebagai individu dengan berbagai variabel yang melekat dalam dirinya.

Keterlibatan emosi tidak dapat dihindari ketika individu beradaptasi di dalam suatu lingkungan multikultural. Individu tak hanya harus menyesuaikan terhadap pekerjaan namun juga terhadap lingkungan kerja dengan latar belakang individu berbagai bangsa. Penelitian ini menggunakan wawancara yang mendalam untuk mengumpulkan data dari 4 responden. Pengumpulan responden dengan menggunakan teknik “snow-ball” dan pemilihan responden menggunakan theoretical sampling .

Dalam melakukan penelitian kualitatif fenomenologi ada empat proses yang dilalui e poche, phenomenological reduction , imaginative variation, dan synthesis of meaning . Proses analisis dan interpretasi data meliputi bracketing, horizonalizing, meaning units untuk mendapatkan deskripsi tekstural; imaginative variation untuk mendapatkan deskripsi structural; dan memadukan (composite ) deskripsi tekstural dan struktural menjadi suatu makna yang universal dan mewakili responden secara keseluruhan.

Validitas hasil penelitian dengan menggunakan intersubjective validity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu tetap mempertahankan eksistensinya dengan terus beradaptasi dan bersikap profesional dalam organisasi karena mereka merasakan mutualisme. Di satu sisi, mereka dihadapkan situasi sulit yang selanjutnya mendorong mereka untuk beradaptasi karena di sisi lain mereka juga merasakan organisasi telah memberikan sesuatu sesuai dengan harapan mereka. Individu menyadari keterlibatan emosi dalam adaptasi sebagai proses yang sewajarnya terjadi.

Terdapat kolaborasi faktor dalam diri (motivasional) dan lingkungan (situasional) yang selanjutnya menjadi penilaian dalam membentuk pe ngalaman emosi dalam adaptasi Pengalaman bekerja di . dalam lingkungan multikultural juga membantu individu untuk menyesuaikan dirinya. Suasana keterbukaan dan peran pimpinan juga turut menjadi faktor yang cukup mempengaruhi. Keterlibatan emosi bagi individu menjadi suatu pembelajaran ketika mereka harus menghadapi situasi yang sama di masa yang akan data ng. Self-pride menjadi pendorong utama bagi individu untuk terus belajar dan menyesuaikan diri agar mereka bisa bertahan di organisasi multikultural.

Seminar ini akan dilaksanakan oleh Binus University pada bulan Juni 2016 dengan pembicara Stevan Eng

kd