Bank Dunia mengingatkan negara-negara berkembang akan turbulensi keuangan yang terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan bunga. The Fed bisa saja menaikkan bunga setelah pertemuan yang digelar 16-17 September ini.

Dalam makalah terbarunya, Bank Dunia percaya, The Fed berusaha menaikkan bunga pertama kali sejak 2006 ini, dengan cara mulus tanpa gejolak. Namun demikian, langkah tersebut tetap akan mempengaruhi volatilitas di pasar.

Ini akan menyebabkan penurunan besar-besaran dana masuk ke negara berkembang. Padahal, negara berkembang tengah berjuang akibat volatilitas di pasar finansial global yang berimbas pada pelambatan ekonominya.

“Perubahan mendadak selera pasar terhadap aset di emerging market bisa menyebar dan mempengaruhi arus dana masuk ke berbagai negara,” kata Ayhan Kose, Director of the World Bank’s Development Prospects Group, dalam rilis resminya, Selasa (15/9).

Negara berkembang saat ini tengah berhadapan dengan pelambatan ekonomi, pelemahahan perdagangan internasional, dan kejatuhan harga komoditas. “Negara yang paling merasakan dampaknya adalah yang paling rentan,” kata Kaushik Basu, Kepala Ekonom dan Senior Wakil Presiden di World Bank.

Beberapa negara berkembang, menurut Bank Dunia, malah bisa mengalami goncangan lebih buruk dibanding taper-tantrum yang terjadi tahun 2013 lalu.

Untuk mengantisipasi goncangan akibat kenaikan bunga AS, Bank Dunia mengingatkan negara berkembang untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mendorong pertumbuhan lebih cepat.

Negara dengan inflasi tinggi harus mengatasi hal tersebut dan regulator harus lebih mengawasi bank dengan kewajiban valuta asing yang besar.

Kebijakan fiskal, jika memungkinkan, diminta untuk mendorong pertumbuhan. Reformasi struktural mungkin tidak serta-merta menunjukkan hasil, tapi agenda reformasi bisa memberi sinyal pada investor bahwa perekonomian akan membaik.

 

Sumber: kontan.co.id