1. ‘Debit–Credit’ Balance

‘Debit-dan-kredit’ memang konsep balance yang paling fundamental, oleh karena itu wajib dikuasai oleh orang accounting. Dengan kata lain, seseorang bisa dipastikan gagal belajar akuntansi bila tidak paham konsep debit-credit balance ini.

Nah, bagaimana caranya memahami konsep debit-credit balance?

Pertama, anda pahami persamaan akuntansi berikut ini:

A = L + E

Dari struktur persamaan di atas jelas terlihat, A pada sisi Kiri pasti selalu sama dengan ‘L + E’ di sisi Kanan. Dengan kata lain, A di sisi Kiri selalu dalam kondisi seimbang (balance) dengan ‘L+E’ yang ada di sisi Kanan. Thus, setiap perubahan pada A pasti diikuti oleh perubahan pada L+E.

2. ‘Reliability–Relevancy’ Balance

Ada 2 (dua) parameter kualitas Laporan Keuangan yang seringkali berbenturan, yaitu antara: Keandalan (reliability) dan Ketepatwaktuan (relevancy).

Di satu sisi Laporan Keuangan harus akurat dan tidak mengandung salahsaji bersifat material thus tidak menyesatkan pengguna, alias bisa diandalkan (reliable). Namun di sisi lainnya juga harus disajikan secara tepatwaktu (relevant). Masalahnya, untuk memastikan keandalan perlu proses validasi, verifikasi, check-and-recheck, dan proses audit yang bisa jadi mengkonsumsi waktu ekstra lama.

3. ‘Short-Long Term Profit’ Balance

“Pertumbuhan” itulah yang kemudian melahirkan 2 macam orientasi dalam pencapaiannya, yakni: profit jangka pendek (short-term profit) dan profit jangka panjang (long-term profit).

Secara kesuluruhan, orang accounting—khususnya yang bekerja di dalam perusahaan—perlu memahami ‘short-long term profit’ balance. Jangan mentang-mentang orang accounting lalu ‘conservatism principle‘ nya selalu dikedepankan. Ingat, balance!

4. ‘Historical–Future’ Balance

Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) berorientasi pada data historis—semua angka yang disajikan dalam laporan keuangan adalah rangkuman dari transaksi di masa yang telah lewat. Sementara Akuntansi Manajemen (Management Accounting) berorientasi pada data masa kini dan masa depan—costing data masa kini, budget dan forecast menggunakan data masa kini dan masa depan.

Akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP), termasuk auditor, sudah pasti berorientasi pada data historis—tidak punya kewajiban terhadap kejadian ekonomis dimasa yang akan datang. Sedangkan akuntan yang bekerja di dalam perusahaan—mau tidak mau—harus dihadapkan pada data historis sekaligus masa kini dan masa depan.

5. ‘Common–Best Practice’ Balance

Sepanjang patuh pada PSAK/IFRS dan UU Pajak, best practice selalu baik untuk diadopsi. Bagaimanapun juga lingkungan bisnis terus berubah, kian lama kian kompleks. Cara kerja akuntansi juga perlu adaptif mengikuti perubahan yang ada, tanpa melanggar standard.

 

Sumber: http://jurnalakuntansikeuangan.com/